Ramadhan Dan Kemerdekaan
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2] : 183)
Bulan Agustus kali ini menjadi sangat istimewa, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Persis ketika PPKI tahun 1945 menyiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia juga terjadi bulan Ramadhan (Djoened Poesponegoro, Marwati, 1984). Bulan dimana bangsa Indonesia yang mayoritas muslim harus berpuasa dan keberkahan Ramadhan telah menghantarkan tokoh – tokoh bangsa Indonesia saat itu berani mengambil resiko untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia tanpa harus menunggu perpindahan kekuasaan dari Jepang. Sementara terungkap bahwa tanggal 17 Agustus 1945, dipilih oleh Soekarno – Hatta, karena tanggal tersebut mempunyai ‘daya mistik’ (Hardi, Lasmidjah, 1984), diantaranya bahwa 17 adalah jumlah rekaat dalam sholat. Tanggal 17 Agustus 1945 jatuh di hari Jum’at, dimana Jum’at merupakan hari yang cukup dihormati oleh kaum muslim, sebagai salah satu hari dimana umat muslim, terutama pria dan akil baligh diwajibkan untuk sholat berjamaah berbeda dibanding sholat jamaah rowatib.
Tentu saja kali ini ada makna lain sehingga Allah SWT memberikan rejeki sehingga Agustus 2011 bertemu dengan Ramadhan 1432 H, sehingga bisa memberikan manfaat lebih kepada umat muslim dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sebab pertemuan dua bulan sarat makna ini sangat jarang terjadi, inilah moment bagi bangsa Indonesia untuk bisa memberikan arti lebih.
Kemerdekaan bangsa Indonesia ditandai dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, oleh Soekarno – Hatta, ini adalah moment penting yang tidak bisa dirubah lagi oleh masyarakat Indonesia atau masyarakat internasional, harga mati yang pengorbanan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan sama dengan pertaruhan hidup mati sebuah bangsa. Kemerdekaan Indonesia harus diperjuangkan dengan segala bentuk pengorbanan, harta bahkan nyawa siap dipertaruhkan untuk merebut kemerdekaan. Salah besar apabila ada anggapan bahwa kemerdekaan Indonesia hanyalah pemberian kekuasaan administratif oleh Jepang atau Sekutu (Soebardjo, Ahmad, 1978). Tapi hasil jerih payah, kegigihan, dan kerja keras bangsa Indonesia. Shaum Ramadhan menurut Abul ‘Ala al-Maududi merupakan sebuah perjuangan dan kegigihan seorang hamba untuk bisa memenuhi keinginan utama yaitu menjadi orang bertakwa, artinya hamba tersebut tidak hanya sebagai muslim tapi mukmin dan meningkat menjadi muttaqien (tingkat tertinggi). Sementara Ibnul Qayyum Al-Jauzi mengartikan shaum ramadhan sebagai bentuk pencucian jiwa (tazkiyatun nafs) sebelum dapat menapakkan kakinya menuju tingkat atau derajat lebih tinggi, sebuah bentuk hijrah dari kotor menuju bersih.
“….sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujuurat [49], 13)
Kemerdekaan merupakan bentuk perjuangan dari pahlawan untuk bisa menentukan nasib, maka Ramadhan juga mempunyai arti sebuah perjuangan. Kemerdekaan berjuang untuk menjadi lebih baik, maka Ramadhan juga berarti sebuah perjuangan seorang mukmin menjadi lebih baik yaitu muttaqien. Berjuang melawan tentara Jepang, tentara sekutu, dan penghianat bangsa adalah hal lazim saat itu untuk bisa mendapatkan kemerdekaan, tanpa perjuangan tidak akan ada kemerdekaan, maka slogan yang muncul adalah “merdeka atau mati”. Sementara Ramadhan mengajak umat muslim mengerti bahwa untuk lulus ujian muttaqien harus ada perjuangan melewati rintangan yaitu puasa.
Kemerdekaan harus diupayakan dengan kegigihan, tanpa upaya ini maka dapat dipastikan tidak ada kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terkenal dengan kegigihan, maka untuk perjuangan kemerdekaan hal tersebut dibuktikan, tanpa menyerah dan siap berkorban. Maka Ramadhan juga kegigihan, berlapar-lapar, kehausan, dan menahan nafsu tidak akan bisa terlewati tanpa kegigihan seorang muslim. Menahan lapar, haus, dan nafsu sejak shubuh sampai dengan maghrib bagi mereka yang tidak ada keimanan tentu akan sangat berat, hanya dengan kegigihanlah hal tersebut bisa dilewati.
Kemerdekaan adalah bentuk hijrah bangsa Indonesia dari sebuah bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka yang bisa menentukan nasib sendiri. Maka Ramadhan juga berarti hijrah dari sebuah bentuk derajat yang rendah (muslim dan mukmin) menjadi tingkat yang lebih tinggi yaitu muttaqien. Kemerdekaan adalah perubahan nasib bagi bangsa Indonesia laksana hijrah menuju lebih baik, tidak menjadi bangsa jajahan, tapi secara gemilang menuju Indonesia lebih baik. Ramadhan merubah manusia penuh kotor menjadi manusia gemilang yang ditandai dengan ketakwaan. Ketakwaan itulah yang menjadi syarat gemilang manusia muslim.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?” (QS. Al-Ankabut [29], 2)
Kemerdekaan mempunyai hubungan erat dengan Ramadhan, maka bersyukurlah warga masyarakat muslim Indonesia mendapat bulan istimewa di waktu yang istimewa. Hubungan keduanya sangat diperlukan sehingga dapat membentuk sebuah karakter istimewa yang menandakan terjadinya kemanfaatan bagi pribadi-pribadi, agama, dan bangsa. Sebuah perjuangan melewati hambatan yang berupa lapar, haus, dan nafsu sedari shubuh sampai maghrib menjelang, dibarengi dengan kegigihan menjalankan shaum sepenuhnya tanpa putus dan semampunya, sebagai bentuk hijrah jiwa – jiwa kotor menuju jiwa – jiwa fitri sesuai dengan asal manusia diciptakan untuk mencapai golden goal yaitu takwa.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kami. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hadid [57], 28)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2] : 183)
Bulan Agustus kali ini menjadi sangat istimewa, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Persis ketika PPKI tahun 1945 menyiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia juga terjadi bulan Ramadhan (Djoened Poesponegoro, Marwati, 1984). Bulan dimana bangsa Indonesia yang mayoritas muslim harus berpuasa dan keberkahan Ramadhan telah menghantarkan tokoh – tokoh bangsa Indonesia saat itu berani mengambil resiko untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia tanpa harus menunggu perpindahan kekuasaan dari Jepang. Sementara terungkap bahwa tanggal 17 Agustus 1945, dipilih oleh Soekarno – Hatta, karena tanggal tersebut mempunyai ‘daya mistik’ (Hardi, Lasmidjah, 1984), diantaranya bahwa 17 adalah jumlah rekaat dalam sholat. Tanggal 17 Agustus 1945 jatuh di hari Jum’at, dimana Jum’at merupakan hari yang cukup dihormati oleh kaum muslim, sebagai salah satu hari dimana umat muslim, terutama pria dan akil baligh diwajibkan untuk sholat berjamaah berbeda dibanding sholat jamaah rowatib.
Tentu saja kali ini ada makna lain sehingga Allah SWT memberikan rejeki sehingga Agustus 2011 bertemu dengan Ramadhan 1432 H, sehingga bisa memberikan manfaat lebih kepada umat muslim dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sebab pertemuan dua bulan sarat makna ini sangat jarang terjadi, inilah moment bagi bangsa Indonesia untuk bisa memberikan arti lebih.
Kemerdekaan bangsa Indonesia ditandai dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, oleh Soekarno – Hatta, ini adalah moment penting yang tidak bisa dirubah lagi oleh masyarakat Indonesia atau masyarakat internasional, harga mati yang pengorbanan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan sama dengan pertaruhan hidup mati sebuah bangsa. Kemerdekaan Indonesia harus diperjuangkan dengan segala bentuk pengorbanan, harta bahkan nyawa siap dipertaruhkan untuk merebut kemerdekaan. Salah besar apabila ada anggapan bahwa kemerdekaan Indonesia hanyalah pemberian kekuasaan administratif oleh Jepang atau Sekutu (Soebardjo, Ahmad, 1978). Tapi hasil jerih payah, kegigihan, dan kerja keras bangsa Indonesia. Shaum Ramadhan menurut Abul ‘Ala al-Maududi merupakan sebuah perjuangan dan kegigihan seorang hamba untuk bisa memenuhi keinginan utama yaitu menjadi orang bertakwa, artinya hamba tersebut tidak hanya sebagai muslim tapi mukmin dan meningkat menjadi muttaqien (tingkat tertinggi). Sementara Ibnul Qayyum Al-Jauzi mengartikan shaum ramadhan sebagai bentuk pencucian jiwa (tazkiyatun nafs) sebelum dapat menapakkan kakinya menuju tingkat atau derajat lebih tinggi, sebuah bentuk hijrah dari kotor menuju bersih.
“….sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujuurat [49], 13)
Kemerdekaan merupakan bentuk perjuangan dari pahlawan untuk bisa menentukan nasib, maka Ramadhan juga mempunyai arti sebuah perjuangan. Kemerdekaan berjuang untuk menjadi lebih baik, maka Ramadhan juga berarti sebuah perjuangan seorang mukmin menjadi lebih baik yaitu muttaqien. Berjuang melawan tentara Jepang, tentara sekutu, dan penghianat bangsa adalah hal lazim saat itu untuk bisa mendapatkan kemerdekaan, tanpa perjuangan tidak akan ada kemerdekaan, maka slogan yang muncul adalah “merdeka atau mati”. Sementara Ramadhan mengajak umat muslim mengerti bahwa untuk lulus ujian muttaqien harus ada perjuangan melewati rintangan yaitu puasa.
Kemerdekaan harus diupayakan dengan kegigihan, tanpa upaya ini maka dapat dipastikan tidak ada kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terkenal dengan kegigihan, maka untuk perjuangan kemerdekaan hal tersebut dibuktikan, tanpa menyerah dan siap berkorban. Maka Ramadhan juga kegigihan, berlapar-lapar, kehausan, dan menahan nafsu tidak akan bisa terlewati tanpa kegigihan seorang muslim. Menahan lapar, haus, dan nafsu sejak shubuh sampai dengan maghrib bagi mereka yang tidak ada keimanan tentu akan sangat berat, hanya dengan kegigihanlah hal tersebut bisa dilewati.
Kemerdekaan adalah bentuk hijrah bangsa Indonesia dari sebuah bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka yang bisa menentukan nasib sendiri. Maka Ramadhan juga berarti hijrah dari sebuah bentuk derajat yang rendah (muslim dan mukmin) menjadi tingkat yang lebih tinggi yaitu muttaqien. Kemerdekaan adalah perubahan nasib bagi bangsa Indonesia laksana hijrah menuju lebih baik, tidak menjadi bangsa jajahan, tapi secara gemilang menuju Indonesia lebih baik. Ramadhan merubah manusia penuh kotor menjadi manusia gemilang yang ditandai dengan ketakwaan. Ketakwaan itulah yang menjadi syarat gemilang manusia muslim.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?” (QS. Al-Ankabut [29], 2)
Kemerdekaan mempunyai hubungan erat dengan Ramadhan, maka bersyukurlah warga masyarakat muslim Indonesia mendapat bulan istimewa di waktu yang istimewa. Hubungan keduanya sangat diperlukan sehingga dapat membentuk sebuah karakter istimewa yang menandakan terjadinya kemanfaatan bagi pribadi-pribadi, agama, dan bangsa. Sebuah perjuangan melewati hambatan yang berupa lapar, haus, dan nafsu sedari shubuh sampai maghrib menjelang, dibarengi dengan kegigihan menjalankan shaum sepenuhnya tanpa putus dan semampunya, sebagai bentuk hijrah jiwa – jiwa kotor menuju jiwa – jiwa fitri sesuai dengan asal manusia diciptakan untuk mencapai golden goal yaitu takwa.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kami. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hadid [57], 28)
Bulan Agustus kali ini menjadi sangat istimewa, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Persis ketika PPKI tahun 1945 menyiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia juga terjadi bulan Ramadhan (Djoened Poesponegoro, Marwati, 1984). Bulan dimana bangsa Indonesia yang mayoritas muslim harus berpuasa dan keberkahan Ramadhan telah menghantarkan tokoh – tokoh bangsa Indonesia saat itu berani mengambil resiko untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia tanpa harus menunggu perpindahan kekuasaan dari Jepang. Sementara terungkap bahwa tanggal 17 Agustus 1945, dipilih oleh Soekarno – Hatta, karena tanggal tersebut mempunyai ‘daya mistik’ (Hardi, Lasmidjah, 1984), diantaranya bahwa 17 adalah jumlah rekaat dalam sholat. Tanggal 17 Agustus 1945 jatuh di hari Jum’at, dimana Jum’at merupakan hari yang cukup dihormati oleh kaum muslim, sebagai salah satu hari dimana umat muslim, terutama pria dan akil baligh diwajibkan untuk sholat berjamaah berbeda dibanding sholat jamaah rowatib.
Tentu saja kali ini ada makna lain sehingga Allah SWT memberikan rejeki sehingga Agustus 2011 bertemu dengan Ramadhan 1432 H, sehingga bisa memberikan manfaat lebih kepada umat muslim dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sebab pertemuan dua bulan sarat makna ini sangat jarang terjadi, inilah moment bagi bangsa Indonesia untuk bisa memberikan arti lebih.
Kemerdekaan bangsa Indonesia ditandai dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, oleh Soekarno – Hatta, ini adalah moment penting yang tidak bisa dirubah lagi oleh masyarakat Indonesia atau masyarakat internasional, harga mati yang pengorbanan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan sama dengan pertaruhan hidup mati sebuah bangsa. Kemerdekaan Indonesia harus diperjuangkan dengan segala bentuk pengorbanan, harta bahkan nyawa siap dipertaruhkan untuk merebut kemerdekaan. Salah besar apabila ada anggapan bahwa kemerdekaan Indonesia hanyalah pemberian kekuasaan administratif oleh Jepang atau Sekutu (Soebardjo, Ahmad, 1978). Tapi hasil jerih payah, kegigihan, dan kerja keras bangsa Indonesia. Shaum Ramadhan menurut Abul ‘Ala al-Maududi merupakan sebuah perjuangan dan kegigihan seorang hamba untuk bisa memenuhi keinginan utama yaitu menjadi orang bertakwa, artinya hamba tersebut tidak hanya sebagai muslim tapi mukmin dan meningkat menjadi muttaqien (tingkat tertinggi). Sementara Ibnul Qayyum Al-Jauzi mengartikan shaum ramadhan sebagai bentuk pencucian jiwa (tazkiyatun nafs) sebelum dapat menapakkan kakinya menuju tingkat atau derajat lebih tinggi, sebuah bentuk hijrah dari kotor menuju bersih.
“….sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujuurat [49], 13)
Kemerdekaan merupakan bentuk perjuangan dari pahlawan untuk bisa menentukan nasib, maka Ramadhan juga mempunyai arti sebuah perjuangan. Kemerdekaan berjuang untuk menjadi lebih baik, maka Ramadhan juga berarti sebuah perjuangan seorang mukmin menjadi lebih baik yaitu muttaqien. Berjuang melawan tentara Jepang, tentara sekutu, dan penghianat bangsa adalah hal lazim saat itu untuk bisa mendapatkan kemerdekaan, tanpa perjuangan tidak akan ada kemerdekaan, maka slogan yang muncul adalah “merdeka atau mati”. Sementara Ramadhan mengajak umat muslim mengerti bahwa untuk lulus ujian muttaqien harus ada perjuangan melewati rintangan yaitu puasa.
Kemerdekaan harus diupayakan dengan kegigihan, tanpa upaya ini maka dapat dipastikan tidak ada kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terkenal dengan kegigihan, maka untuk perjuangan kemerdekaan hal tersebut dibuktikan, tanpa menyerah dan siap berkorban. Maka Ramadhan juga kegigihan, berlapar-lapar, kehausan, dan menahan nafsu tidak akan bisa terlewati tanpa kegigihan seorang muslim. Menahan lapar, haus, dan nafsu sejak shubuh sampai dengan maghrib bagi mereka yang tidak ada keimanan tentu akan sangat berat, hanya dengan kegigihanlah hal tersebut bisa dilewati.
Kemerdekaan adalah bentuk hijrah bangsa Indonesia dari sebuah bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka yang bisa menentukan nasib sendiri. Maka Ramadhan juga berarti hijrah dari sebuah bentuk derajat yang rendah (muslim dan mukmin) menjadi tingkat yang lebih tinggi yaitu muttaqien. Kemerdekaan adalah perubahan nasib bagi bangsa Indonesia laksana hijrah menuju lebih baik, tidak menjadi bangsa jajahan, tapi secara gemilang menuju Indonesia lebih baik. Ramadhan merubah manusia penuh kotor menjadi manusia gemilang yang ditandai dengan ketakwaan. Ketakwaan itulah yang menjadi syarat gemilang manusia muslim.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?” (QS. Al-Ankabut [29], 2)
Kemerdekaan mempunyai hubungan erat dengan Ramadhan, maka bersyukurlah warga masyarakat muslim Indonesia mendapat bulan istimewa di waktu yang istimewa. Hubungan keduanya sangat diperlukan sehingga dapat membentuk sebuah karakter istimewa yang menandakan terjadinya kemanfaatan bagi pribadi-pribadi, agama, dan bangsa. Sebuah perjuangan melewati hambatan yang berupa lapar, haus, dan nafsu sedari shubuh sampai maghrib menjelang, dibarengi dengan kegigihan menjalankan shaum sepenuhnya tanpa putus dan semampunya, sebagai bentuk hijrah jiwa – jiwa kotor menuju jiwa – jiwa fitri sesuai dengan asal manusia diciptakan untuk mencapai golden goal yaitu takwa.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kami. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hadid [57], 28)
Amalan-amalan Di Bulan Ramadhan
Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang utama. Jam demi jamnya adalah jam yang paling utama. Inilah bulan ketika
kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu merupakan ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah/dikabulkan. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam (Puasa) dan membaca kitab-Nya (Al-Quraan).Kalimat-kalimat di atas merupakan sebagian khutbah Nabi SAW tentang keutamaan bulan Ramadhan. Itulah mengapa bulan Ramadhan merupakan saat yang selalu ditunggu-ditunggu dan diharapkan kedatangannya oleh orang-orang yang beriman. Namun sayangnya, meskipun kebanyakan orang telah mengetahui tentang
keutamaan bulan Ramadhan ini, kebanyakan orang tidaklah memperoleh apa-apa dari saat bulan yang tak ternilai ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:"Banyak sekali orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi, yang tidak memperoleh apapun dari bulan yang penuh rahmat ini".Untuk itulah,kami paparkan risalah ini dengan tema Menggapai/Menuju Kesempurnaan Ibadah Bulan Suci Ramadhan ini, Inshallah...Semoga usaha kita meningkatkan mutu diri telah kita usahakan dengan meningkatkan iman di dalam diri untuk kemudian dapat menampakkan bukti perilaku taqwa dengan cara berpuasa Ramadhan. Taqwa yang oleh Allah SWT dicanangkan sebagai sasaran utama puasa itu kini seharusnya telah kita capai setelah mengikuti berbagai macam kegiatan di bulan Ramadhan. Kegiatan-kegiatan di bulan Ramadhan disebutkan Allah dengan peluang balasan ganjaran yang berlipat ganda sedemikian rupa yang seharusnyalah membuat kita cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu, baik yan berupa ibadah khusus maupun sosialnya dengan sepenuh kesadaran perserahan hati (tawakkal) sejalan dengan tebalnya iman kita.
Banyak dari kita yang dalam mengejar besarnya nilai amalan di bulan Ramadhan itu sampai-sampai menjadikan kita ibarat pedagang, yang selalu membayangkan betapa besarnya keuntungan langsung dan segera dari Allah, setiap kali kita melakukan berbagai macam kegiatan menyemarakkan bulan ramadhan. Sifat ingin segera melihat hasil itu menjadikan kita sepertinya tidak bereaksi ketika diminta untuk memperbanyak amal baik dalam bentuk amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan perbuatan baik dan mencegah kemungkaran), karena banyak dari kegiatan ini tidak segera menampakmpak hasilnya. Padahal Rasulullah SAW sudah juga menggambarkan nilai pahala amar maruf nahi munkar dengan sabdanya:
"Amalan-amal baik itu jika pahalanya dibandingkan dengan amalan jihad fi sabilillah adalah seibarat setetes air liur terhadap lautan luas. Dan semua amal baik maupun semua amal jihad di jalan Allah jika seluruhnya itu dibandingkan dengan kegiatan amar maruf dan nahyu anil munkar adalah hanya seibarat setetes air liur di lautan luas".Begitulah maka walaupun amar maruf itu demikian luas macamnya dan mudahnya dalam pelaksanaannya nyatanya banyak dilupakan orang. Padahal sesuai dengan uraian Prof. HAMKA dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa segala bentuk kegiatan yang dinilai baik oleh orang awam pada umumnya adalah tergolong perbuatan maruf. Jadi misalnya perbuatan yang hanya sekedar membantu seorang anak sekolah menyeberang jalan itu sudah tergolong perbuatan maruf. Semua perbuatan yang bernilai positif walau terkesan kecil harus banyak kita lakukan, walaupun hasilnya tidak segera nampak ataupun tidak sempat kita nikmati karena
keterbatasan umur kita!......Wassalam.....
Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang utama. Jam demi jamnya adalah jam yang paling utama. Inilah bulan ketika
kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu merupakan ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah/dikabulkan. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam (Puasa) dan membaca kitab-Nya (Al-Quraan).
kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu merupakan ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah/dikabulkan. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam (Puasa) dan membaca kitab-Nya (Al-Quraan).
Kalimat-kalimat di atas merupakan sebagian khutbah Nabi SAW tentang keutamaan bulan Ramadhan. Itulah mengapa bulan Ramadhan merupakan saat yang selalu ditunggu-ditunggu dan diharapkan kedatangannya oleh orang-orang yang beriman. Namun sayangnya, meskipun kebanyakan orang telah mengetahui tentang
keutamaan bulan Ramadhan ini, kebanyakan orang tidaklah memperoleh apa-apa dari saat bulan yang tak ternilai ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
keutamaan bulan Ramadhan ini, kebanyakan orang tidaklah memperoleh apa-apa dari saat bulan yang tak ternilai ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Banyak sekali orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi, yang tidak memperoleh apapun dari bulan yang penuh rahmat ini".
Untuk itulah,kami paparkan risalah ini dengan tema Menggapai/Menuju Kesempurnaan Ibadah Bulan Suci Ramadhan ini, Inshallah...Semoga usaha kita meningkatkan mutu diri telah kita usahakan dengan meningkatkan iman di dalam diri untuk kemudian dapat menampakkan bukti perilaku taqwa dengan cara berpuasa Ramadhan. Taqwa yang oleh Allah SWT dicanangkan sebagai sasaran utama puasa itu kini seharusnya telah kita capai setelah mengikuti berbagai macam kegiatan di bulan Ramadhan. Kegiatan-kegiatan di bulan Ramadhan disebutkan Allah dengan peluang balasan ganjaran yang berlipat ganda sedemikian rupa yang seharusnyalah membuat kita cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu, baik yan berupa ibadah khusus maupun sosialnya dengan sepenuh kesadaran perserahan hati (tawakkal) sejalan dengan tebalnya iman kita.
Banyak dari kita yang dalam mengejar besarnya nilai amalan di bulan Ramadhan itu sampai-sampai menjadikan kita ibarat pedagang, yang selalu membayangkan betapa besarnya keuntungan langsung dan segera dari Allah, setiap kali kita melakukan berbagai macam kegiatan menyemarakkan bulan ramadhan. Sifat ingin segera melihat hasil itu menjadikan kita sepertinya tidak bereaksi ketika diminta untuk memperbanyak amal baik dalam bentuk amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan perbuatan baik dan mencegah kemungkaran), karena banyak dari kegiatan ini tidak segera menampakmpak hasilnya. Padahal Rasulullah SAW sudah juga menggambarkan nilai pahala amar maruf nahi munkar dengan sabdanya:
"Amalan-amal baik itu jika pahalanya dibandingkan dengan amalan jihad fi sabilillah adalah seibarat setetes air liur terhadap lautan luas. Dan semua amal baik maupun semua amal jihad di jalan Allah jika seluruhnya itu dibandingkan dengan kegiatan amar maruf dan nahyu anil munkar adalah hanya seibarat setetes air liur di lautan luas".
Banyak dari kita yang dalam mengejar besarnya nilai amalan di bulan Ramadhan itu sampai-sampai menjadikan kita ibarat pedagang, yang selalu membayangkan betapa besarnya keuntungan langsung dan segera dari Allah, setiap kali kita melakukan berbagai macam kegiatan menyemarakkan bulan ramadhan. Sifat ingin segera melihat hasil itu menjadikan kita sepertinya tidak bereaksi ketika diminta untuk memperbanyak amal baik dalam bentuk amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan perbuatan baik dan mencegah kemungkaran), karena banyak dari kegiatan ini tidak segera menampakmpak hasilnya. Padahal Rasulullah SAW sudah juga menggambarkan nilai pahala amar maruf nahi munkar dengan sabdanya:
"Amalan-amal baik itu jika pahalanya dibandingkan dengan amalan jihad fi sabilillah adalah seibarat setetes air liur terhadap lautan luas. Dan semua amal baik maupun semua amal jihad di jalan Allah jika seluruhnya itu dibandingkan dengan kegiatan amar maruf dan nahyu anil munkar adalah hanya seibarat setetes air liur di lautan luas".
Begitulah maka walaupun amar maruf itu demikian luas macamnya dan mudahnya dalam pelaksanaannya nyatanya banyak dilupakan orang. Padahal sesuai dengan uraian Prof. HAMKA dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa segala bentuk kegiatan yang dinilai baik oleh orang awam pada umumnya adalah tergolong perbuatan maruf. Jadi misalnya perbuatan yang hanya sekedar membantu seorang anak sekolah menyeberang jalan itu sudah tergolong perbuatan maruf. Semua perbuatan yang bernilai positif walau terkesan kecil harus banyak kita lakukan, walaupun hasilnya tidak segera nampak ataupun tidak sempat kita nikmati karena
keterbatasan umur kita!......Wassalam.....
keterbatasan umur kita!......Wassalam.....
Kata kata Mutiara Islami
Kata Kata Mutiara Islami - Kata mutiara islam berikut ini adalah kata-kata mutiara islam yang pernah di katakan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Kata mutiara islam tersebut sangat membantu kita dalam mengingat ajarannya dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah kata mutiara islam yang dapat memotivasi kita untuk hidup lebih beriman :
1. Orang yang kuat bukanlah orang yang mampu menjatuhkan atau berkelahi dengan orang tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya.
2. Dunia dan segala sesuatu di dalamnya sangat berharga tetapi hal yang paling berharga di dunia adalah perempuan baik-baik.
3. Ingatlah Tuhan dalam kemakmuran dan Dia akan mengingat anda dalam kesulitan.
4. Cinta pada dunia adalah akar dari segala kejahatan.
5. Seseorang tidak bisa dipegang amanahnya sehingga lurus lisannya dan dia tidak lurus lisannya sehingga lurus hatinya.
6. Siapa pun yang menyukai untuk bertemu dengan Allah, Allah menyukai untuk bertemu dengannya.
7. Mencari pengetahuan dari buaian sampai liang kubur.
8. Jihad yang paling baik (perjuangan) adalah penaklukan diri.
9. Tidaklah seorang menyembunyikan sesuatu, melainkan Allah akan menampakkannya melalui raut mukanya dan ketergelinciran mulutnya.
10. Jangan katakana bahwa jika orang-orang yang berbuat baik kepada kami, kami akan berbuat baik kepada mereka dan jika orang-orang yang menindas kami, kami akan menekan mereka tetapi menentukan bahwa jika anda orang yang baik, anda akan berbuat baik kepada mereka dan jika mereka menindas anda, anda tidak akan menindas mereka.
11. Surga ada di telapak kaki ibu.
12. Memohonlah kepada Allah supaya memperbaiki hati dan niatmu, karena tidak ada sesuatu yang paling berat untuk kau obati selain keduanya.Ketika hatimu sedang menghadap Allah maka seketika mungkin untuk berpaling, maka ketika menghadap itulah engkau harus merampasnya agar tidak berpaling.
13. Apa kamu mencintai penciptamu? Cintai dulu sesamamu.
14. Siapa pun yang rendah hati kepada manusia, demi Tuhan, semoga Allah memuliakan kebesaran-Nya.
15. Sesungguhnya perbuatan anda akan dibawa kembali kepada anda, seolah-olah anda sendiri adalah pencipta hukuman anda sendiri.
16. Wanita adalah belahan kembar laki-laki.
17. Barang siapa yang rela dengan ketetapan Allah maka ketetapan itu berlaku padanya dan ia mendapatkan pahala.
18. Berikan upah pekerja sebelum keringat menjadi kering.
19. Orang beriman tidak mati, mungkin mereka menjadi diterjemahkan dari dunia fana ini kepada dunia keberadaan abadi.
20. Kejahatan terbesar adalah untuk menyekutukan lain dengan Allah, durhaka pada ayah dan ibu anda, untuk membunuh saudaramu, untuk bunuh diri dan untuk bersumpah dengan niat berbohong.
21. Semua tindakan dinilai oleh motif yang mendorong mereka.
22. Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan maka baginya seperti pahala yang melakukannya.
23. Saat engkau melakukan kesalahan saat itu juga engkau belajar.
24. Ada peluang dan ancaman di balik harta yang kita miliki.
Punya Kata Kata Mutiara Islami yang bermakna dalam dan jarang sekali terdengar? Silakan berbagi disini sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi adik dan anak kita.
_________________________________________________________________
Islam
Rasul |
Nabi Muhammad SAW . |
Kitab Suci |
Al-Qur'an . |
Rukun Islam |
1. Syahadat · 2. Salat · 3. Puasa 4. Zakat · 5. Haji |
Rukun Iman |
Iman kepada : 1. Allah 2. Malaikat · 3. Al-Qur'an ·4. Nabi 5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar |
Tokoh Islam |
Muhammad SAW Nabi & Rasul · Sahabat Ahlul Bait |
Kota Suci |
Mekkah · & · Madinah |
Kota suci lainnya |
Yerusalem · Najaf · Karbala Kufah · Kazimain Mashhad ·Istanbul · Ghadir Khum |
Hari Raya |
Idul Fitri · & · Idul Adha |
Hari besar lainnya |
Isra dan Mi'raj · Maulid Nabi Asyura |
Arsitektur |
Masjid ·Menara ·Mihrab Ka'bah · Arsitektur Islam |
Jabatan Fungsional |
Khalifah ·Ulama ·Muadzin Imam·Mullah·Ayatullah · Mufti |
Hukum Islam |
Al-Qur'an ·Hadist Sunnah · Fiqih · Fatwa Syariat · Ijtihad |
Manhaj |
Salafush Shalih |
Mazhab |
1. Sunni : Hanafi ·Hambali Maliki ·Syafi'i |
2. Syi'ah : Dua Belas Imam Ismailiyah·Zaidiyah |
3. Lain-lain : Ibadi · Khawarij Murji'ah·Mu'taziliyah |
Portal Islam |
Indeks mengenai Islam |